Sebelumkamu melaksanakan ibadah kurban, yuk simak kumpulan dalil dan hadis dalam Al-Qur'an yang menerangkan tentang keutamaan melaksanakan ibadah kurban berikut ini. 1. Dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sebagai salah satu ibadah yang memiliki sejarah panjang, Allah SWT senantiasa memberikan arahan kepada seluruh umatnya untuk Salaf menyadari hidayah ilahi. Para sahabat radhiyallahu ‘anhum menunturkan, “Demi Allah, kalau bukan karna-Nya, kita tidak akan mendapatkan hidayah untuk shalat dan bersedekah.”. Yakni mereka mengakui bahwa hidayah berasal dari Allah semata. Anugerah, keutamaan, serta rahmat-Nya diberikan kepada orang yang ia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Merasakan lezatnya keimanan. · Sab 28 Sya'ban 1442H. Oleh Hamid Anugerah Palu Takhasus. Iman memiliki cita rasa dan kelezatan yang bisa dinikmati oleh hati. Sebagaimana lezatnya makanan dan minuman bisa dirasakan dengan lidah. Begitu pula tubuh, tidak bisa merasakan lezatnya makanan dan minuman kecuali dalam kondisi sehat. 2 Fitrah Manusia dalam Perspektif Al-Qur'an dan As-sunnah. Manusia insan secara kodrati, sebagai ciptaan Allah SWT yang sempurna bentuknya dibandingkan dengan ciptaan Allah lainnya. Manusia juga sudah dilengkapi dengan kemampuan mengenal dan memahami kebenaran dan kebaikan yang terpancar dari ciptaan-Nya. SayyidBakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi memberitahukan dalam Kitab Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, bahwa ada beberapa hadits tentang sholawat lainnya berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya sebagai berikut: "Apabila kamu lupa sesuatu, bersholawatlah kepadaku, niscaya kamu akan menginggatnya, insya Allah." (HR. As Sakhawi). Artinya: Dia (pembantunya) menjawab, “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan, dan (ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali. (Q.S al-Kahfi: 63). Merekalupa akan tujuan menuntut ilmu ialah harus ikhlas karena Allah dan agar generasi kita tidak berada dalam kebodohan. Hanya Allah-lah tempat memohon pertolongan. Mereka lupa bahwa Islam sebagai agama paripurna telah memberikan perhatian yang besar terhadap kesuksesan, yaitu dengan ilmu. Banyak manusia merasa bingung dengan makna hadis Manusia, tempat salah dan lupa; Kisah Turunnya Surat al-Mudatsir; Ya Allah, jadikanlah kami golongan yang sedikit; Nasehat dan renungan santri; Kedudukan Ilmu dan Ulama dibandingkan harta dunia; Abu Muhammad Abdullah bin Yusuf at-Tinnisi, Guru Besar Melahirkan Imam Besar; Nasehat Persaudaraan (Bagian-1) Kisah Penggugah Kesabaran dalam Menuntut Ilmu Salah satu karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikannya kepada umat Islam adalah tidak adanya perbedaan bahwa sumber utama dalam hukum dan sikap hidup kita adalah al-Qur`an dan as-Sunnah. Ketika Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam wafat, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyempurnakan ajaran agama ini, seperti disebutkan dalam Dan beliau menyampaikan hadis kepada penduduk syam. Meninggal tahun 128 H. (at-Tsiqat Ibnu Hibban, 5/454, dinukil dari Silsilah as-Shahihah, 7/379). Kesimpulan berdasarkan keterangan di atas, hadis yang menyebutkan anjuran doa khusus ketika pasar adalah hadis yang hasan, sehingga bisa diterima sebagai dalil. Arti Doa Masuk Pasar. Teks Doa: gTxKn6t. Kehidupan dunia bukanlah kehidupan hakiki dan ia diibaratkan perhentian seorang musafir buat seketika untuk sampai ke tempat tujuannya. Justeru, setiap saat kematian sentiasa menghampiri kita untuk menuju ke alam kematian tidak mengenal usia dan tidak mengenal kedudukan. Ia boleh berlaku bila-bila masa dan di mana juga. Oleh itu, kita perlu sentiasa bermuhasabah dan seterusnya mempersiapkan diri dengan bekalan sebelum menghadapi kematian untuk menuju kehidupan dalam peringatan, ada golongan yang menyebarkan ini adalah hadith yang masyhur dan diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA, dikatakan bahawa Nabi SAW bersabda إِنَّ مَلَكَ الْمَوْتِ لَيَنْظُرُ فِي وُجُوهِ الْعِبَادِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعِينَ نَظْرَةً، فَإِذَا ضَحِكَ الْعَبْدُ بَعَثَ إِلَيْهِ يَقُولُ يَا عَجَبَاهُ بُعِثْتُ إِلَيْهِ لأَقْبِضَ رُوحَهُ وَهُوَ يَضْحَكُMaksudnya “Sesungguhnya malaikat maut akan melihat wajah-wajah hamba manusia setiap hari sebanyak 70 kali, apabila hamba tersebut ketawa maka akan diutuskan malaikat tersebut kepadanya lalu berkata Sangat menghairankan, aku telah diutuskan kepada engkau untuk mengambil rohnya ketika dia sedang ketawa”. [Jami’ al-Kabir, 179454, no. hadith 1741]Jawapan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, ahli keluarga baginda SAW, sahabat baginda SAW serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah baginda hadithRiwayat ini telah dihukum sebagai palsu oleh Ibn Iraq al-Kinani dan beliau telah memasukkannya di dalam kitabnya iaitu “Tanzih al-Syariah al-Marfu’ah an al-Akhbar al-Syani’ah al-Maudhu’ah”. [Lihat 2375]TarjihSetelah kami meneliti dan menekuni riwayat tersebut, riwayat ini juga terdapat di dalam kitab “al-Tazkirah” oleh Imam al-Qurthubi dan juga di dalam “Tarikh al-Baghdad” oleh Ibn al-Najjar. Walaubagaimanapun, kami cenderung dan sependapat dengan Ibn Iraq bahawa hukum riwayat atau hadith ini adalah palsu. Untuk itu, kita tidak boleh sama sekali menyandarkannya kepada Nabi SAW ataupun menyebarkannya kepada orang mengenalpasti akan kesahihan status sebuah hadith adalah penting kerana Nabi SAW telah mengancam terhadap orang-orang yang melakukan pendustaan terhadapnya dan juga kalamnya hadithnya. Sebagaimana sabda Nabi SAWمَن حَدَّثَ عنِّي بِحديثٍ ، يَرَى أنَّهُ كَذِبٌ ، فَهُوَ أحَدُ الكاذِبَيْنِMaksdunya “Barangsiapa yang berkata-kata daripadaku akan sebuah hadith dan dia melihat bahawa ia adalah dusta maka dia adalah salah seorang daripada pendusta itu”. Riwayat Muslim, Tirmizi, Ibn MajahAkhirnya, semoga Allah SWT menjadikan kita orang yang cintakan ilmu serta memberi kita kefahaman di dalam agama ini dan memelihara kita daripada melakukan kesalahan dalam menyampaikan hadith Nabi SAW. Amin.–muftiwp–Artikel Berkaitan Ada berjuta kesalahan yang diperbuat manusia. Masing-masing berbeda tingkatan dan bentuknya. Dari sekian banyak kesalahan tersebut setidaknya ada tiga yang menonjol dan merahimi kesalahan-kesalahan turunan. Apa sajakah itu? Khotbah I إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيِّأتِ أعمالنا مَن يهده الله فلامُضِلَّ لَه وَمن يُضْلِلْهُ فَلَاهَادِيَ لَه، أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده و رسوله. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين، أما بعد. فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله Jamaah Jum’at rahimakumullah, Manusia adalah tempat salah dan lupa, kata sebuah Hadits. Pernyataan ini secara sepintas hendak memberi ruang seluas-luasnya bagi manusia untuk berbuat kesalahan, padahal tidak. Justru sebaliknya, Hadits ini ingin memberi rambu-rambu kepada para hamba Allah bahwa diri mereka sangat rentan berbuat lalai dan terjerumus dalam kekeliruan. Yang paling penting bagi manusia adalah senantiasa hati-hati agar tidak terperosok ke lubang dosa dan kesalahan. Tentang hal ini, sebagaiman tercantum dalam kitab Muntabihat alal Istiddi li Yaumil Mîâd, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda أَوْحَى اللهُ تَعَالَى إِلَى مُوْسَى بْنِ عِمْرَان فِي التّوْراتِ إِنَّ أُمَّهَاتُ اْلخَطَايَا ثَلَاثٌ الكِبْرُ وَالْحَسَدُ وَالْحِرْصُ، فَنَشَأَ مِنْهَا سِتَّةٌ فَصِرْنَ تِسْعَةٌ الأُوْلى مِنَ السِّتَّةِ الشِّبَعُ وَالنَّوْمُ وَالرَّاحَةُ وَحُبُّ الْأَمْوَالِ وَحُبُّ الثَّناَءِ وَالْمَحْمَدَةِ وَحُبُّ الرِّيَاسَةِ “Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa ibn Imran dalam kitab Taurat Sesungguhnya induk dari segala kesalahan ada tiga, yakni takabur, hasud, dan tamak. Ketiganya melahirkan enam hal, yaitu rasa kenyang, tidur, waktu senggang, cinta harta, gila pujian, dan cinta jabatan.” Pertama, takabur atau angkuh atau sombong. Sifat ini sangat menjerumuskan karena seorang hamba dibutakan oleh perasaan diri sendiri yang unggul dan di saat yang bersamaan memandang rendah orang lain. Kita tahu, Iblis dikutuk masuk neraka selama-lamanya karena sifat ini. Perasaan bahwa Iblis lebih utama dan mulia dari Nabi Adam alaihissalam membuatnya membangkang dari perintah Allah subhanahu wata’ala. Ia memilih jatuh dalam kegelapan selamanya ketimbang menaruh rasa hormat kepada Nabi Adam. Tampaklah bagaimana al-kibru atau keangkuhan memunculkan rasa paling benar sendiri, paling mulia sendiri, dan karenanya secara sadar maupun tidak sadar merasa pantas untuk merendahkan yang lainnya. Sifat takabur juga berakibat pada hilangnya ketawadukan kepada sesama karena telah silap akan kekurangan dan kesalahan diri sendiri. الكِبْرُ بَطْرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ “Takabur merupakan sikap mengingkari kebenaran dan memandang remeh manusia yang lain” Yang kedua, adalah hasud. Istilah lain dari sifat ini adalah iri atau dengki. Orang yang hasud memiliki ciri menjilat ketika sedang berhadapan dan mengumpat saat berada di belakang. Orang yang dihinggapi penyakit hati ini selalu diliputi rasa susah kala menyaksikan orang lain gembira; dan sebaliknya, merasa gembira kala orang lain sedang susah. Selain menyiksa batin sendiri, hasud juga menggerogoti amal kebaikan. إيَّاكم والحسدَ، فإنَّ الحسدَ يأكلُ الحسناتِ كما تأكلُ النَّارُ الحطبَ “Jauhilah hasud karena sesungguhnya hasud menggerogoti kebaikan-kebaikan sebagaimana api menggerogoti kayu bakar.” HR Abu Dawud Biang kesalahan yang ketiga adalah al-hirsu atau tamak. Yang dimaksud dalam hal ini adalah serakah terhadap kehidupan duniawi. Sebagaimana yang diberikan kepada Iblis dan binatang, Allah juga menganugerahi kita keinginan-keinginan. Hanya saja Allah memberikah kita batasan-batasan sehingga keinginan tersebut tersalurkan secara manusiawi dan sewajarnya. Tamak tak kalah membahayakannya dari takabur dan hasud. Orang yang dijangkiti sifat serakah biasanya tak peduli dengan kondisi di sekelilingnya, bahkan kadang kondisinya sendiri. Kesilapan dengan keuntungan materi yang besar bisa membuat sebuah perusahaan tambang terus mengeruk kekayaan bumi meski berakibat buruk bagi keseimbangan alam dan kehidupan warga sekitar. Seorang politisi rela melakukan risywah suap dan fitnah karena serakah terhadap jabatan. Jamaah shalat Jum’at yang semoga dirahmati Allah Ketiga sifat itulah yang disebut ummahatul khathâyâ, biang kesalahan. Dikatakan “biang” karena ketiganya menjadi faktor utama dan pemicu munculnya dosa-dosa lain. Khatib mengajak diri sendiri juga kepada hadirin sekalian untuk senantiasa mengevaluasi diri, seberapa jauh kita dihinggapi ketiga penyakit hati tersebut. Dan mari kita perbaiki selagi kesadaran masih bersemayam di dalam hati. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ وَ خَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّبُوْنَ. رَوَاهُ التِّرْمـِذِيُّ "Setiap anak adam manusia berbuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertaubat." HR At-Tirmidzi Khotbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ Alif Budi Luhur KEDUDUKAN HADITS “SESUATU YANG HALAL YANG PALING DIBENCI ALLAH ADALAH TALAK”Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-UtsaiminPertanyaan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya Bagaimana kedudukan hadits “Sesuatu yang halal yang paling dibenci Allah adalah talak?Jawaban Hadits tersebut dhaif dan makna hadits secara akal tidak bisa diterima, sebab tidak mungkin ada perbuatan atau sesuatu yang halal dibenci Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi secara umum Allah tidak menyukai seseorang mentalak isterinya, oleh sebab itu hukum asal talak adalah makruh. Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Allah tidak menyukai talak adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang masalah orang yang meng-ilaa يُؤْلُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ تَرَبُّصُ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ ۖ فَإِنْ فَاءُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ﴿٢٢٦﴾وَإِنْ عَزَمُوا الطَّلَاقَ فَإِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ“Kepada orang-orang yang meng-ilaa’ isterinya diberi tangguh empat bulan lamanya. Kemudian jika mereka kembali kepada isterinya, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika mereka berazam bertetap hati untuk talak, maka sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” [Al-Baqarah/2 226-227]Dalam masalah kembali dari perbuatan ilaa’ tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Kemudian jika mereka kembali kepada isterinya, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Dan pada waktu mereka berniat memilih jalan talak, maka Allah berfirman “Dan jika mereka berazam bertetap hati untuk talak, maka sesunngguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak suka terhadap orang yang memilih jalan talak daripada kembali menyambung tali pernikahan.[Durus wa Fatawa Haramul Makky Syaikh Utsaimin, juz 3/260][Disalin dari kitab Al-Fatawa Al-Jami’ah lil Mar’atil Muslimah, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita, Penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, Penerjemah Zaenal Abidin Syamsudin Lc, Penerbit Darul Haq] Home /A9. Fiqih Ibadah6 Nikah.../Kedudukan Hadits Sesuatu Yang...